Jumat, 18 November 2011

Teknologi Informasi

PENDAHULUAN 
  1. Latar Belakang Masalah
Masa depan bangsa terletak dalam tangan generasi muda. Mutu bangsa di kemudian hari bergantung pada pendidikan yang dikecap oleh anak-anak sekarang, terutama melalui pendidikan formal yang diterima di sekolah. Apa yang akan dicapai di sekolah, di tentukan oleh kurikulum yang ada di sekolah itu. Jadi,, barang siapa yang menguasai kurikulum memgang nasib bangsa dan Negara. Maka dapat dipahami bahwa kurikulum sebagai alat yang begitu vital bagi perkembangan bangsa dipegang oleh pemerintah suatu Negara.
Beberapa penjabaran diatas juga mampu memberi pemahaman, betapa pentingnya usaha pengembangan kurikulum. Sedangkan untuk mengembangkan kurikulum, kita harus pula memahami seluk beluk kurikulum. Pada makalah ini, nanti kita akan menjabarkan beberapa nhal yang berkaitan tentang kurikulum.

  1. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang atas, maka dirumuskan beberapa pokok masalah sebagai berikut :
    1. Pengertian Kurikulum
    2. Cakupan Kurikulum
    3. Asas-asas Kurikulum
    4. Ciri-ciri Kurikulum dalam Pendidikan Islam
    5. Prinsip KurikulumPendidikan Islam

BAB II
PEMBAHASAN

  1. Pengertian Kurikulum
Secara harfiah kurikulum berasal dari bahasa latin, curriculum yang berarti bahasa pengajaran. Ada pula yang mengatakan kata tersebut berasal dari bahasa prancis courier yang berarti berlari.[1]
Sedangkan pengertian kurikulum menurut beberapa ahli adalah sebagaia berikut :
1.      Crow and Crow
Kurikulum adalah rancangan pengajaranyang isinya sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis, sebagai syarat untuk menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu.[2]
2.      J. Galen Saylor dan William M. Alexander
Dalam buku curriculum planning for better Teacing and Learning (1956) menjelaskan bahwa kurikulum adalah segala usaha sekolah untuk mempengeruhi anak belajar, apakah dalam ruang kelas, di halaman sekolah, atau di luar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi juga apa yang disebut kegiatan ekstra-kurikulet.[3]
3.      Alice Miel
Dalam bukunya Changing the Curriculum mengemukakan bahwa kurikulum meliputi segala pengalam dan pengaruh yang bercorak pendidikan yang diperolah anak di sekolah. Bukan hanya masalah pengetahuan, kecakapan, kebiasaan-kebiasaan, sikap, apresiasi, cita-cita serta norma-norma, melainkan juga pribadi guru, kepala sekolah, serta seluruh pegawai sekolah.[4]

4.      Menurut Mayoritas Para Ahli.
Kurikulum adalah, sejumlah mata pelajaran yang disiapkan berdasarkan rancangan yang sistematik dan koordinatif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan,[5]
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kurikulum pada hakikatnya adalah rancangan mata pelajaran pada suatu kegiatan jenjang pendidikan tertentu, dan dengan menguasainya seseorang dapat dinyatakan lulus dan berhak memperoleh ijazah.[6]

  1. Cakupan Kurikulum
Dari pengertian yang telah dijabarkan diatas, maka cakupan bahan pengajaran yang terdapat dalam kurikulum pada masa sekarang lebih luas. Bukan hanya oitu, perkembangan kehidupan dan tekhnologi pada zaman sekarang ini, menunutut kurikulum yang lebih actual. Berdasarkan kepada tuntutan perkembangan yang demikian itu, maka para pernacnag kurikulum dewasa ini menetapkancakupan kurikulum meliputi empat bagian:
                                 1.         Bagian yang berkenaan dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapi oleh proses belajar mengajara.
                                 2.         Bagian yang berisi pengetahuan, informasi-informasi, data, aktifitas-aktifita, dan pengalaman-pengalamn yang merupakan bahan bagi penyusunan kurikulum yang isinya berupa mata pelajaran yang kemudian dimasukkan dalam silabus.
                                 3.         bagian yang berisi metode atau cara menyampaiakan mata pelajaran tersebut.
                                 4.         bagaian yang berisi metode atau cara melakukan penilaian dan pengukuran atas hasil mata pelajaran tertentu[7]
dan bukan hanya hal itu semestinya, mengingat perkembangan dunia yang semakin pesat. Cakupan kurikulum semestinya juga melakuakan kontroling atas proses dan hasil dari kurikulum tersebut.

  1. Asas-Asas Kurikulum
Secara teoritis filosofis penyusunan sebuah kurikulum harus berdasarkan asas-asas orientasi tertentu. Asas-asas tersebut sebagaimana dikemukakan S. Nasution dalam buku Asas-Asas Kurikulum sebagai berikut            :
                                 1.         Asas Filosofis
Filsafat sangat penting karena harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan tentang setiap aspek kurikulum. Sedangkan filsafat itu sendiri mempunyai arti cara berpikir yang sedalam-dalamnya, yakni sampai akarnya tentang hakikat sesuatu. Para pengembang kurikulum harus mempunyai filsafat yang jelas tentang apa yang mereka junjung tinggi. Filsafat yang kabur akan menimbulkan kurikulum yang tidak menentu arahnya. Dibawah ini akan dijabarkan sedikit tentang aliran-aliran filsafat sebagai berikut :
a.       Aliran Perennialisme
Kurikulum yang diinginkan oleh aliran initerdiri atas subject atau mata pelajaran yang terpisah sebagai disiplin ilmu dengan menolak penggabungan antara IPA dan IPS. Kurikulum ininmemberi persiapan yang sungguh-sungguh bagi studi dipergurun tinggi.
b.      Aliran Idealisme
Filsafat ini umumnya diterapkan di sekolah yang berorientasi religius.
c.       Aliran Realisme
Aliran filsafat ini adalah mencari kebanaran  di dunia ini sendiri.Sekolah yang beraliran realisme mengutamakan pengetahuan yang sudah mantap sebagai hasil penelitin ilmiah yang dituangkan secara otomatis sebagai disiplin ilmu atau mata pelajaran. Disekolah akan dimulai dengan teori-teori dan prisip-prisip yang fundamental, kemudian praktik dan aplikasinya. Karena mengutamkan pengetahuan yang esensial, maka pelajaran seperti ketrampilan dan kesenian dianggap tidak perlu.
d.      Aliran Pragmatisme
Aliran ini berpendapat bahwa kebenaran adalah buatan manusia berdasarkan pengalamannya, tidak ada kebenaran mutlak, kebenaran adalah tentative dan dapat berubah. Sekolah yang menerapkan kurikulum ini, senantiasa menjauhkan anak didik dari indoktrinasi dan mengajak siswa secara kritis menganalisis isu-isu social.
e.       Aliran Eksistensialisme
Aliran ini mengutamakn individu sebagai factor dalam menentukan apa yang baik dan apa yang benar. Sekolah yang menganut aliran eksistensialisme mendidik anak dengan agar ia menentukan pilihan dan keputusan sendiri dengan menolak otoritas orang lain. Anak harus bebas berpikir  dan mengambil keputusan sendiri secara bertanggung jawab. Sekolah yang menganut aliran ini juga menolak turut campur pihak luar atas setiap kebijakan yang dikeluarkan.[8]
                                 2.         Asas Sosiologis
Asas Sosiologis berperan memberikan dasar untuk memberikan dasar apa saja yang akan dipelajari sesuai dengan dengan kebutuhan , masyarakat, kebudayaan, perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. 
                                 3.         Asas Organisatoris
Asas organisatoris berperan memberikan dasar-dasar dalam bentuk bagaimana pelajaran itu disusun, dan bagaimana penentuan luas dan urutan mata pelajaran
                                 4.         Asas Psikologis
Berperan memberikan berbagai prinsip-prinsip tentang perkembangan anak didik dalam berbagai aspeknya, serta cara menyampaikan bahan pelajaran agar dapat dicerna dan dikuasai oleh anak didik sesuai dengan tahap perkembangannya.[9]
Selanjutnya dilihat dari segi peran dan orientasinya, kurikulum dapat dibagi menjadi empat, yaitu :
1.      Humanistik
Berpendapat bahwa kurikulum seharusnya memberi pengalaman kepada setipa pribadi secara memuaskan.
2.      Rekonsruksi Sosial
Melihat kurikulum sebagai alat untuk mempengaruhi perubahan social dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat.
3.      Teknologis
Kurikulum sebagai proses tekhnologi untuk mewujudkan tujuan yang dikehendaki oleh pembuat kebijaksanaan.
4.      Akademis
Kurikulum sebagai upaya peningkatan intelektualitas dengan cara memperkenalkan para siswa terhadap berbagai macam pelajaran yang terorganisir dengan baik.[10]
Secara teoritis kurikulum lebih merupakan kendaraan dari pada materi. Dengan kata lain, jenjang dan struktur suatu kurikulum adalah milik sebuah disiplin ilmu, termasuk disipn ilmu yang ajarkan dalam pendidikan islam. Akan tetapi dalam pendidikan agama islam, mempunyai kurikulum yang berbeda dengan kurikulum pada umumnya.
            Pendidikan islam sepanjang masa kegemilangannya memandang kurikulum pendidikan sebagai alat untuk mendidik generasi muda dengan baik.dan melaksanakan fungsinya sebagai kholifah b
Di muka bumi. Selain itu, islam menggunakan kata manhaj untuk kata kurikulum yang diartikan jalan yang terang.
  1. Ciri-Ciri Kurikulum Dalam Pendidikan Islam
Dalam buku FIlsafat Pedidikan Islam karya Prof. Dr. Abuddin Nafa, MA yang dikutip juga dari Omar Muhammad at-Toumy As-Syaibani menyebutkan lima cirri kurikulum pendidikan islam. Kelima cirri tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan, kandungan, metode, alat dan tekniknnya bercorak agama.
2.      meluas cakupannya dan menyeluruh kandungannya, di samping itu juga harus luas perhatiannya,
3.      bersikap seimbang diantara berbagai ilmu yang dikandung dalam kurikulum yang akan digunakan. Disamping itu juga harus seimbang antara pengetahuan yang berguna bagi pengembangan individual dan pengembamngan social.
4.      bersikap menyeluruh dalam menata seluruh mata pelajran yang diperlukan oleh anak didik,
5.      kurikulum yang disusun selalu disesuaikan dengan minat dan bakat anak didik.[11]

  1. Prinsip Kurikulum Pendidikan Islam
Al-Syaibani menyebutkan bahwa dalam kurikulum pendidikan islam yang dikutip juga dalam buku Filsafat Pendidikan Islamkarya Prof. Dr. Abuddin Nafa, MA adalah sebagai berikut           :
                                 1.         prinsip pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajaran dan nilai-nilainya.
                                 2.         prinsip menyeluruh (universal pada tujuan-tujuan dan kandungan-kandungan kurikulum, yakni menyangkup tujuan membina akidah, akal dan jasmaninya .dismping itu juga tujuan pembinaan bagi kemanfaatan masyarakat dan spiritulnya,
                                 3.         prinsip keseimbangan yang relative antara tujuan-tujuan dan kandungan kurikulum.
                                 4.         prinsip keterkaitan antara bakat, minat, kemampuan-kemampuan dan kebutuhan pelajar.
                                 5.         prinsip pemeliharaan perbedaan-perbedaan individual diantara pelajar, baik baik dari segi minat maupun bakat.
                                 6.          prinsip menerima perkembangan dan perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan tempat.
                                 7.         prinsip keterkaitan antara berbagai mata pelajaran dengan pengalaman-pengalaman dan aktifitas yang terkandung dalam kurikulum.[12]
Semua yang telah dijabarkan diatas mengenai seluk beluk kurikulum harus dijalankan secara berkesinambungan yang didalam kurikulum itu juga harus terdapat aspek, dasar agama, dasar filsafat, dasar psikologis, dan dasar social.
BAB III
KESIMPULAN

Dari penjabaran tentang kurikulum di atas mengenai bebapa aspek, maka dapat didimpulkan beberapa hal yang vital, yaitu sebagaiberikut          :
                                 1.         kuikulum adalah suatu rancangan pelajaran yang telah disusun secara sistematis.
                                 2.         filsafat dalam kurikulum berfungsi untuk mangarahkan atau memperjelas tujuan dari pembuatan kurikulum tersebut.
                                 3.         dari semua aspek yang telah dijabarkan berkaitan dengan kurikulum, satu dengan yang lainnya selalu saling berkesinambungan agar apa yang menjadi pokok tujuan dari kurikulum dapat tercapai.
 DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005.

Nasution, S, Asas-asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, Cet II, 1995

Nasution. S, Pengembangan Kurikulum Pendidikan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991,

Langgulung. Hasan, asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarata: Pustaka Al-Husna, cet I, 1987,


[1] Abuddin Nata, FIlsafat Pedidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005, hal,183 dan dikutip dari S. Nasution, Pengembangan Kurikulum Pendidikan, Bandung Citra Aksara, 1991, hal.9.
[2] Crow and crow, Pengantar Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Rake Sarasin, 1990, edisi III. Hal 75.
[3] S. Nasution, asas-asas kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, hal.4.
[4] Ibid. hal.6.
[5] Abdurrahman Salih Abdullah, Education Theory a Quranic Outlook,Makkah Al-Mukkaromah: Umm Al-Qurro’ Univercity, hal. 123. di kutip dari Abuddin Nata, FIlsafat Pedidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005, hal,183
[6] Abuddin Nata, FIlsafat Pedidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005, hal,175.
[7] Hasan Langgulugn, asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarata: Pustaka Al-Husna, cet I, 1987, hal.483-484.
[8] S. Nasution, Asas-Asas kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, hal 23-25.
[9] S. Nasution, Pengembangan Kurikulum Pendidikan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991, hal. 11-14.
[10] Abuddin Nata, FIlsafat Pedidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005, hal,178. dikutip jiga dari John D. McNeil, Kurikulum Sebuah PengantarKomperhenship (terj. Subandiah), Jakarta: Wirasari, 1988, hal.5.
[11] Abuddin Nata, FIlsafat Pedidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005, hal,178. dikutip juga dari Husain Quroh, Al-Ushul al-Tarbawiyyah, Jakarta: Bulan Bintang, cet. 1. 1997. hal. 476.
[12] Ibid.hal. 181.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar