Rabu, 08 Februari 2012

Studi Idiologi Dunia Part III

Lanjutan
Sosialisme-Komunisme dan Fasisme

  1. Sosialisme-Komunisme
Pada awalnya, sosialisme dan komunisme mempunyai arti yangsama, tetapi ahirnnya komunisme lebih dipakai untuk aliran sosialis yang lebih radikal. Ada beberapa unsure yang terdapat dalam sosialisme, diantaranya dengan mewujudkan protes an penolakan terhadap ketimpangan social. Dalam jaman Renaissance dan reformasi muncul protes terhadap ketimpangan dalam kemakmuran, dalam refolusi kaum puritan diabad XVII di Inggris, bebbarengan dengan gerakan utama yang berasal dari kaum menengah, tampil sebuah kelompok radikal yang disebut “para pengali” atau para “pemerata sejati” (true leveres). Mereka berjuang untuk mempraktekan prinsip pemilikan tanah secara komunal dan bukan menyangkut penggunaanya.
Unsure lain yang terdapat dalam sosialisme yaitu, prootes terhadap prinsip Cash nexus bahwa ang merupakam ikatan utama antara manusia tiak terbatas pad tradisi social saja. Sejauh sosislisme mengandung dalam dirinya unsure-unsur tersebut, maka dapat dikatakan bahwa sosialisme sudah etua peradaban barat. Pemikiran Yunani maupun Yahudi-Kristen masing-masing menolak kekayaa sebagai landasan kehidupan yang bahagia.
Tetapi kalau kita melihat sesuatu yang lebih kongkrit dala sejarah, akan ditemukan bahwa sosialisme sebagai gerakan yang efektif dan teroganisir merupakan produk dari revolusi industry (1848) di Inggris. Pada tahun 1820-an dan 1830-an di Inggris dan Prancis muncul teori sosialisme-modern, teori yang memusatkan perhatian untuk membebaskan kelas pekerja industry dari beenggu kapitalisme industry. Perubahan dalam organisasi social yang disebabkan oleh industrialisasi ini mengakibatkan munculnya kesenjangan kelas buruh dan pemodal yang dalam bahasa Marx disebut sebagai proletar dan borjuis, dan kondisi-kondisi lainya sehubungan dengan jam erja buruh, kesehatan kerusakan lingkungan.
Sosialisme sebagai koreksi total terhadap gejala akses negative yang ditimbulkan oleh perentangan kelas buruh dengan kelas borjuasi. Dalam sekanrio yang disusun Marx dan sahabatnya, Engels yang ahirnya menjadi kitab suci bagi penganut sosialis dunia. Das Capital (1867) banyak menginspirasikan gerakan buruh diseluruh dunia. Dikesempatan itulah kaum buruh akan merebut posisi sebagai pemegang alat produksi.

  1. Fasisme
Pasca perang dunia I (1918) di Italia, sejarah kekuatan Bento Mussolini mula-mula mengenalkan fasisme dengan gerakan refolusionernya, gerakan bersenjata sebagai jalan untuk menuju tanpuk kekuasaan, disusul kemudian oleh “saudaranya”, Adolf Hitler muda yang menjadi ruh fasisme di Jerman. Ditangan keduanyalah fasisme muncul sebagai paham sekaligus gerakan. Fasisme, sebagai ideology yang duamnut sebuah Negara, memuat cirri-ciri sebagai gerakan ideology yang totaliter, nasionalis-rasialis, dan mengidolasi pemimpinya.
Setiap Negara yang fasiss adalah Negara totaliter, yang berkuasa habis-habisan atas semua gerak hidup masyarakat didalamnya. System totaliter teah mengatur sedemikian rupa bagaimana rakyat harus sekolah, berkerja, melakukan aktifitas ekonomi, mengeluarkan pendapat, bahkan dalam berkeluarga adan punya anak. Semuanya masuk dalam bingkai yang telah menentukan Negara. Sebagimana orasi yang pernah disampaiakan Hitler pada rally-rally kaum Nazi, “Kamu bukanlah apa-apa, negaramu adalah segalanya”.
Suasana pasca perag dunia I, dimana Jerman dan Italia mengalami kebangkrutan harga diri dn ekonomi. Jerman setelah menerima kekalahan dalam perang, terutama dalam perjanjian Vversailles, telah memaksanya membayar perbaikan-perbaikan untuk kerugian pemenang. Sementra itu dalam waktu yang sama, sebagai akibat perang, Italia harus menanggung hutang sekitar 95 juta lira diwilayah ini, kemudian munculnya Hitler adan Mussolini bagaikan air sejuk disuang yang panas, yang nelakukan usaha-usaha untuk meyakinkan rakyat bahwa kejayaan Negara kota troya di Italia ataupun ras Aria di Jerman mampu memompa kelesuan rakyat. Dalam konteks ini nasionalisme sarat dengan rasialisme. Implikasi paling nyata dan mengerikan terbunuhnya 6 juta orang yahudi dari camp penampunagan dalam kampanye anti semitis yang dikobarkan Hitler.
Baik Hitler maupun Mussolini adalah dictator “di negaranya” nasing-masing. Bukan saja karena ereka punya karisma dan kualitas kepemimpinan yang luar biasa dimata rakyatnya, tapi juga karena kaum fasis percaya bahwa kediktatoran harus ditempuh jika ingin membentuk Negara yang kuat.

Studi Idiologi dunia Part II

Lanjutan

KAPITALISME

Pertama : Kapitailsme Awal atau Kapitalisme Merkantilismes (1500-1750)
Yaitu kapitaisme yang bertumpu pada industry sandang di Inggris. Kapitalisme pada masa ini masih sangat sederhana, yaitu ditandai dengan praktek permintalan benag yang masih mengguanakan masinal (mechine) sederhana. Sementara kebutuhan produksi disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Pada abad XVI industry sandang di beberapa pedesaan di Inggris mengalami perkembangan produksi yang sangat pesat.pemasukan keuangan Negara yana pada awalnya hanya berasal dari pajak rakyat mulai bertambah dengan pendayagunaan surplus social (semacam tabungan social dari beberapa pabrik sandang)
Dari pemakaian system inilah, kapitalise semakin menempatiposisi yang aman dari kontestasinya dengan sise ekonomi sebelumnya. Kalau pada system ekonomi yang duterapkan ebelum system kapitalisme, dana surplus social selalu digunakan untuk emuat tanda-tanda kejayaan suatu masa dengan membangun piramida-piramida atau katidral-katedral sebagai lambing kemegahan dan kejayaannya,maka ketika system kapitalis ini dipakai dana yang awalnya dipakai untuk hal-hal di atas dialihkan untuk embuat infrastruktur dan suprastruktur barudalam bidang ekonomi seperti membangun usaha perkapalan, pergudangan, persiapan dan penyediaan bahan-bahan mentah, dan berbagai bentuk penanaman modal lainnya. Dengan demikian, surplus social yan ada pada awalnya selalu habis bahka deficit, berubah menjadi perluasan kapasitas produksi.
Ada sekian banyak momentum yang pening yang membuka peluang perkembangan kapitalisme menjadi semakin tak terbendung. Mulusnya perkembangan kapitalisme di atas, tidak bisa dilepaskan dari beberapa momentum-momentum pentingyang menjadikan perkembangan kepitalsime barjalan mulus antara lain, Pertama, munculnya gerakan perlaawanan (Protestanisme) dari kaum Calvinis yang dipimpin oleh Marthin Luther King terhadap hegemoni doktrin gereja katolik mengenai kehidupan di dunia. Kedua, penemuan logam-logam mulia dari dunia baru (koloni) untuk kemudian dipakai sebagai alat transaksi yang distandarisasi. Dan terakhir adalah kuatnya back up dari kekuasaan saat itu, dari sinila kemudia perkembangan kapitalisme seakan tidak mengalami hambatan yan berarti.

Kedua: Kapitalisme Fase Klasik (1750-1914)
Fase ini ditandai dengan bergesernya sistempembangunan capitalism dari system perdagangan (merkantilisme) ke system industry, tepatnya ketika terjadi revolusi industry di Inggris yang kemudian menjadikan masa ini sebaga masa transisi dari dominasi modala perdagangan ke dominasi modal industry.
Perubahan system ini dilator belakangi oleh perkembanagan baru dalam keilmuan menegemn-organisasi dn penemuan-penemuan baru daam bidang teknologi. Dengan latar belakang diatas itulah, laju kepitalisme semakin tidak ter bending karena system produksi yang pada masa kapitalisme awal hany ditopang oleh infrastruktur dan suora struktur yang sederhana, maka pada fase ini sudah mulai memakai system modern dengan didukung oleh industry yang berbasis industry teknologi maju. Dala bidang pemikiran, pada saat yang sama muncul ekonom Inggris, Adam Smith dengan karyanya Inquiri into the Nature and Cause of the Walth Nation (1776).
Dalam buku tersebut, Adam Smith menawarkan satu system ekonomi yang akan membawa ksejahteraan masyarakat Eropa saat itu yakni system ekonomi liberal. Doktrn utama dari system ini adalah menyerahkan semua keputusan-keputusan ekonomi epada pasar dengan membongkar atau bahkan menghilangkan peran Negara sedikitpun. Kebijakan ini mulai dijalankan setelah revolusi Prancis dan perang Napoleon sebagai masa hanur-totalnya sisa-sisa system feudal. Turunan dar doktrin diatas termanisfestasikan dalam kebijakan-kebijakan. Perdagangan bebas, standarisasi keuangan uang juat (dengan enas), pembuatan aggaran belanja yang seimbang, penghapusan subsidi social, dll singkatnya, system ini memulangkan segala persoalan kepada masing-masing individu dan interaksi yang tidak diatur akan menghasilkan akibat-akibat social yang dicita-citakan.
Begitulah, kapitalisme liberal terus berjalan sampai mengalami berbagai pettentangan internal (anomaly) antar Negara kapitalis itu sendiri yang kemuian mengakibatkan meletusnya erang dunia I pada tahu 1914-1918 antara kekauatan Negara kapitalis baru (Jerman, Japang, dan Prancis) dengan Negara bos kapitalis Inggris. Akibat dari perang dunia I tersebut adalah perubahan besar mengenai pembagian koloni-koloni tanah jajahan yang menguntungkan Negara yang menang perang.

Ketiga: Fase Kapitaisme Lanjut (1914-1945)
Fase ini ditandai dengan peristiwa bergesernya dominasi modal dari belahan dunia Eropa ke Negara adi daya baru Amerika Serikat yang dilatarbelakangi oleh hancurnya system ekonomi Eropa akibat perang yang berkepanjangan yang mengakibatkan terjadinya krisis besar-besaran yang hamper dnegara kapitalis Eropa, terutama Inggris yang pada awalnya sebagai Negara kapitalis Eropa terkaya. Selain itu, ada tiga momentum besar di dunia Internasional saat itu, yakni terjadinya perang dunia I, munculnya perlawanan dari dunia terjajah (Asia-Afrika) terhadapa praktek imprialisme kolonialisme yang telah berjalan cukup lama, dan suksesnya revolusi Bolsevik 1917 di Rusia yang menghancurkan system feodalisme Kaisar Tsar sat itu.
Dari ketiga momentum inilah beberapa Negara kapitalis Eropa dan Amerika mengalami greet depression atau depresi ekonomi dunia besar-besaran. Dari kejadian itulah dunia mengalamiresesi ekonomi, harga-harga saham wallstreet jatuh pada harga yang terenadah dalam sejarah dan meningkatnya jumlah engangguran secra drastic. Dari peristiwa diatas, Negara-negara kapitalis saat itu meulai merubah kebijakan ekonominya dari system liberalism yang tidak memberikan ruang jaminan social sedikitpun kepada masyarakat pada system okonomi Negara kesejahteraan (wallfare state).
Sebenarnya perubahan system kapitalisme saat itu bukan hanya sekedar memberikan hak-hak rakyat yang selama ini terampas oleh keserakahan kaum kapitalis sebagi mana alasan diatas, akan tetapi lebih mendasar dari itu adlah kapitalisme saat itu ingn menyelamatkan dirinya sekaligus merancang sstem ekonomi kapitalis yang lebih kuat yang fenomena histirisnya kita temukan pada ahir decade 1970-an atau yang lebih dikenal dengan istilah kapitalisme neo-liberal-dari ancaman fenomena social baru (kegandrungan kepada system sosialis) setelah suksesnya revolusi Bolisevik di Rusia. Tawaran paket menarik yang berupa system dan jamina  kesejagteraan social dari Negara-negara kapitalis Eropa dan ameriaka Serikat saat itu antara lain. Program redistribusi kekayaan, penyediaan fasilitas umum, subsudi pendidikan, kesehatan, perumahan, dan jaminan perawata pribadi diluncurkan.
Pada periode inilah dimulai kembalinya peran Negara yang tidak hanya sebagai penjamin kesejshteraan pasca perang, akan tetapi lebih adari itu negar dituntut untuk menjadi pemain kunci dalam perekaonomian global. Dari doktrin itulah nasionalisasi bersar-besaran terhadap asset-aset industry diterapkan. Tawaran system baru ini dilaunching oleh John Maynard Keynes, seorang pemikir ekonomi besar dari Inggris, tepatnya pada decade 1930-an. Keynes meyakini persoalan resesi ekonomi dunia dapat diselesaikan kalau pemerintah melakukan intervensi terhadap perekonomian untuk menciptakan kondisi full employment sebagai suatu yang secra ilmiah tidak dimilki oleh pasar.
Model kebijakan yang seperti itulah kemudian ngetrend dalam system ekonomi dunia yang tidak hanya diterapkan oleh Negara-negara kapitalis akan tetapi juga Negara-negara berkembang yang baru merdeka. Karena Negara dipercaya mampu memecahkan kontradiks pasar dan sebagai actor yang mampu mewujudkan kebaikan dan kesejahteraan ekonomi. Wacana dan praktek system walfare state hanya berjalan sampai pada decade 1970-an akhir awal 1980-an ketika kapitalisme internasional mengalami resesi ekonomi dunia kedua kalinya.
Munculnya aliran kapitalisme neo-libearalisme atau kanan baru (1970-now) merupaka tawaran solsi dari system walfare state yang mengalami kontradiksi pasar di atas. Adalah Friedrich Van Hayek, seorang professor di Universitas Chicagosejak 1940-an yang kemudian dilanjutkan ole muridnya Milton Friedman di universitas yan sama. Menawarkan solusi kembali pada system ekonomi neo-klasik.
Dari sinilah embrio dari neo-libaralisme. Wacana neo-liberal dalam sistemekonomi kapitalime pada masa ini menyebar dengan cepat. Keberhasilan mereka mengembangka gagasan neo-liberalisme dalam sistemekonomi didukung oleh kuatnya jaringan internasional yang melibatkan berbagai yayasa, institute, pusat penelitian, penerbitan, keilmuan, penulis, dan ahli ilmu hubungan masyarakat membuat gagasan tersebut cepat menyebar dan menjadi begitu popular sampai menjadi cultural hegemoni yang kemudian kebih di kenal dengan istilah kanan baru. Awal pertama kali praktek kebijakan neo-liberalisme dalam system ekonomi internasional terjadi pada tahun 1979, ketika Margareth Thatcher menjadi perdana menteri Inggris.
Di Eropa aliran di atas, di implementasikan untuk pertama kalinya oleh PM Margareth Thatcher. Kebijakan pertama yan diambil setelah menduduki posisi PM Inggris adalh penghapusan kewajiban Negara untuk memikul tangung jawab terhadap rakyatnya yang berupa subsidi Negara terhadap rakyat dan memangkas secara radikal subsidi-subsidi social. Sebagai gantinya pemerintah lebih mementingkan pelayanan terhadap swasta, melakukan pemotongan pajak, menjalankan program privatisasi swastanisasi dan liberalisas, menghilangkan pengawasan terhadap penyiaran, telekomunikasi, transportasi, dan membabat habis seluruh serikat buruh.
Di Amerika pada saat yang sama kaum Republikan memenangkan pemilunya yang kemudian menaikkan Ronald Reagen sebagai presiden Amerika Serikat menggantikan Jimmy Carter. Pada saat itulah pengabdosian neo-liberalisme di Amerika sebagai system ekonomi mulai diterapkan. Rezim ini sangat meyakini teori-trickle down effect yang mengklaim bahwa si kaya mendapatkan insentiv seperti membayar pajak murah atau rendah, maka mereka akan lebh giat dalam berwiraswasta dan pada gilirannya mereka akan banyak menciptakan pertumbuhan peluang dan lowongan kerja. Sederhananya, jika industry diserahka ke swaata maka akan lebih efisien dan menekan pengeluaran pemerintah untuk pembayaran tunjangan social.
Dengan bekal teori diatas Reagen melakukan deregulasi ekonomi ang telah dirintis olh Carter tahun 70-an. Control atas harga minyak dicabut, aturan mengenai transportasi kereta api, industry minyak dan gas serta penyiaran diperlonggar. Dengan mengikuti langkah thatcher, Reagen membatasi kekuatan serikat buruh. Setelah itu, gelombang neo-liberaisme segera menyebar ke hampi seluruh dunia, yang meliputi: Amerika latin, Asia Timur, India hingga hamper ke seluruh Negara Afrika. Negara yang memulai pertama kali setelah Inggris dan Amerika adalah Negara-negara dominan Inggris seperti Australia, pada Paul keating, Kanada, New Zeeland, Chili, Argentina, Brazil, Jerman, Italia, Prancis, hingga Zambia dan Tanzania.
Kuatnya daya dorong kapitalisme ini membuat partai-partai yang pada awlnya memiliki platform politik yang lebih dekat ke kiri secara perlahan beralih ke kanan. Disinilah dapat disebut pemerintahan Tony Blair di Inggris, Schroder dari Jerman, Lionel Jospin dari Prancis yang pada awalnya ketiganya berasal dari partai buruh. Tetapi kebijakannya menganut system neo-liberal yang kanan.
Kalau kita perhatikan dari awal masa perkembangannya kapitalisme memiliki identifikasi yang khan, antara lain:
  1. System ekonomi kapitalisme yang mentasbihkan kebebasan individu untuk melihat alat-alat produksi dan modal, bukan oleh Negara atau yang disebut dengan hak idividu (individual ownwrship).
  2. Ekonomi pasar (market economi) perekonomian pasar berdasar pada prinsip spesialisasi kerjadan hak itu tidak diatur oleh siapapun kecual kondisi pasar itu sendiri.
  3. Persaingan (competition) sebagai konsekuensi logisdari berkembangnya ekonomi pasar.
  4. Keuntungan (provit) prinsip keuntungan.

(bersambung)