- Rumusan niali-nilai Dsar PMII
1. Hablun Min Allah (Hubungan Manusia dengan Allah)
Allah adalah pencipta segala sesuatu. Dia menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk dan memberikan kedudukan terhormat kepadanya dihadapan ciptaan-Nya yang lain. Kedudukan seperti itu ditandai dengan pemberian daya cipta, rasa, dan karsa. Potensi inilah yang meungkinkan manusia memerankan sebagai hamba (‘Abd) dan wakil Tuhan dimuka bumi (Kholifatullah fil Ard)
Sebagai hamba, manusia memiliki tugas utama mengabdi dan menyembah Tuhan (Q.S al-Dzariat) : 56), meng-Esa-kan Tuhan dan hanya tergantung pada-Nya, tidak menyekutukan dan menyerupakanya dengan makhluk yang memiliki anak dan orang tua (Q.S. al-Ikhlas :1-4) sebagai hamba manusia juga harus mengikhlaskan semua ibadah dan amalnya hanya untuk Allah (Q.S. Shad :82-83). Sebagai Kholifah, manusia memiliki kewajiban untuk menjaga dan memakmurkan bumi, bukan malah merusaknya (Q.S. al-Baqorah : 30). Karena, kedudukan ini merupakan amanah Tuhan yang hanya dilakukan oleh manusia, sedang makhluk Tuhan yang lain tidak mampunyai kemampuan untuk mengembanya (Q.S. al-Ahzab : 72). Dan tingkat manusia dalam mengemban amanah inilah yang kemudian menentukan derajatnya dihadapan Allah (Q.S. al- An’am : 165).
Msnusia baru dikatakan berhasil dalam hubunganya dengan Allah apabila kedua fungsi ini berjalan secra seimbang. Pemaknaan seimbang disni bahwa keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan tidak cukup hanya dengan syahadat. Sholat, zkat, puasa, dan haji, tetapi nilai-nilai ibadah itu harus mampu diimpementasikan dalam kehidupan sehari-hari, membangun peradaban umat manusia yang berkeadilan. Bahwa kita hidup didunia ini bukan untuk mencari jalan keselamatan bagi diri kita saja, tetapi juga bagi orang lain terutama keluarga dam masyarakat sekitar kita. Hubungan ini yang kemudian menghasilkan manusia yang memiliki kesadaran tinggi, kreatif dan dinamis.
2. Hablun Min Annas (Hubungan Manusia dengan Manusia)
Pada hakikatnya manusia itu sama dan setara dihadapan Tuhan, tidak ada perbedaan dan keutamaan diantara satu dengan lainya. Begitu pula tidak dibenarkan adanya anggapan bahwa laki-laki lebih mulia dari perempuan, karena yang membedakanya hanyalah tingkat ketaqwaan (Q.S al-Hujarat : 13) keimanan dan keilmuanya (Q.S al-Mujadalah : 11)
Manusia hidup didunia ini juga tidak sendirian tetapi dalam sebuah komunitas bernama masyarakat dan Negara. Dalam hidup yang demikian, kesadaran keimanan memegang peran penting untuk menentukan cara kita memandang hidup dan memberi makna padanya. Maka yang diperlukan pertama kali adalah bagaimana kita membina kerukunan dengan sesama Umat Islam (ukhuwah Islamiyah) untuk membangun persaudaraan yang kekal hingga hari ahir nanti (Q.S al-Hujarat : 11)
Namun kita hidup disebuah Negara yang plural dan beraneka ragam. Di Indonesia ini kita hidup bersama umat Kristen, Hindu, Budha, aliran kepercayaan, dan kelompok keyakinan lainya. Belum lagi kita pun berbeda-neda suku, bahasa, adat istiadat, dan ras. Maka juga diperlukan kesadarn kebangsaan yang mempersatukan kita bersama dalam sebuah kesatuan cita-cita menuju kemanusiaan yang adil dan beradab (Ukhuwah Wathoniyah) dan keadilan seperti inilah yang perlu kita perjuangkan (Q.S al-Maidah : 8)
Untuk mengatur semua itu semua dibutuhkan sistem pemerintahan yang representative dan mampu melaksanakan kehendak dan kepentingan rakyat dengan jujur dan amanah. Pemimpin yang sesuai dengan nilai ini, peraturanya harus kita taati selama tidak bertentangan dengan perintah agama (Q.S An-Nisa’ : 58) dan untuk pelaksanaanya kita harus menjunjung tinggi nilai musyawarah yang merupakan eleman penting dalam demokrasi (Q.S Ali Imran : 199)
Namu jika itu saja tidak akan cukup. Kita hidup diduia ini berdampingan dan selalu berhubungan dengan Negara-negara tetangga. Maka kita juga harus memperhatikan nilai-nilai humanism universal (Ukhuwah Basyariyah), yang mengkat seluruh umat manusia dalam satu ikatan kokoh bernama keadilan. Meskipun kita berbeda keyakinan dan bangsa, tidak dibenarkan kita nertindak sewenang-wenang dan menyakiti sesama. Biarkan mereka dengan keyakian mereka selama mereka tidak mengagnggu keyakinan kita (Q.S al-Kafirun : 1-6). Persaudaraan kekal inilah sebagi perwujudan dari posisi manusia sebagai kholifah yang wajib memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan bumi manusia ini.
3. Hablun Min Alam (Hubungan manusia dengan Alam)
Manusia yang diberi anugrah cipta, rasa dan karsa, yang merupakan syarat syahnya sebagai kholifah diberi wewenang dan hak untuk memanfaatkan alam bagi kebutuhan hidupnya. Namun pemanfaatan ini tidak bole berlebih-lebih apalagi merusak ekosistem. Hal ini dinamakan hak Isti’mar, yaitu hak utuk mengolah sumber daya alam untuk kemakmuran makhluk hidup. Tetapi pengelolaan itu harus didasarkan pada rasa tanggungjawab, tanggungjawab kepada kemanusiaan, karena rusaknya alam akan berakibat bencana dan malapetaka bagi kehidupan kita semua, begitu pula tanggungjawab kepada Tuhan yang telah memberikan hak dan tanggungjawab (Q.S al-Hud : 61)
Selain sebagai sarana pemenuhan kebutuhan hidup, alam atau ekologi juga merupakan ayat Tuhan yang harus dipahami sebagaimana kita memahami Al-Qur’an. Dari pemahaman itulah akan terwujud keimanan yang mantab kepada Tuhan dan kemantapan diri sebagai manusia yang menyebarkan kedamaian di muka bumi dari pemahaman inilah akan terbentuk suatu gambaran menyeluruh terhadap alam, bahwa Tuhan menciptakan alam ini dengan maksud-maksud tertentu yang harus kita cari dan teliti. Pencarian makna alam inilah yang melandasi setiap kegiatan penelitian ilmiah dan penegmbangan ilmu pengetahuan. Maka tidak ada dikotomi dan pertentangan antara Ilmu dan Wahyu, antara IPTEK dan Agama, karena pada hakikatnya keduanya akan mengantarkan kita kepada keyakinan akan ke-Agungan Tuhan.
- Internalisasi dan Implementasi NDP dalam keseharian dan keorganisasian
Dari ketiga rumusan nilai dasar yang dijelaskan diatas, kemudian diseimbangkan dengan perananya, maka kita sebagai kaum gerakan dan aktor organisatoris akan mencapai totalitas penghambaan (tauhid) kepada Allah. Totalitas yang akan menjadi semangat dan ruh bagi kita dalam mewarnai hidup ini, tidak semata-mata dengan pertimbangkan Ketuhanan belaka, tetapi dengan pertimbangan kamanusiaan dan kelestarian lingkungan hidup. Bahwa tauhid yang kita maksudkan bukan sekedar teisme transsendental an-sich, tetapi antrophomorfisme transsendental, nilai-nilai ketuhanan yang bersatu dengan nilai-nilai kemanusiaan dan ilmu pengertahuan.
Totalitas inilah yang akan memandu jalan kita dalam mencapai gerakan membangun kehidupan manusia yang berkeadilan, akan tetapi, rumusan dasar nilai-nilai PMII tersebut perlu selalu dikaji secara kritis, dipahami secra mendalam dan dihayati secara teguh serta diwujudkan secara bijaksana. Dengan NDP ini hendak diwujudkan oleh pribadi muslim yang bertakwa-berilmu-beramal, yaitu pribadi yang sadar akan kedudukan dan peranya sebagai intelektual muslim berhaluan Ahlusunnah wal Jama’ah di Negara Indonesia yang maju, manusiawi, adil, penuh rahmat dan berketuhanan serta merdeka sepenuhnya.
Rumusan NDP :
1. Sublimasi nilai-nilai ke-Islam-an ala Indonesia yang berdasar ASWAJA
2. Menjiwai, Memberi arah, Mendorong, Penggerak kegiatan :
Pembenar gerakan dalam :
a. Berfikir
b. Bersikap
3. Tauhid :
v Berkeyakinan dalam hati
v Penegas lewat lisan
v Perwujudan lewat perbuatan
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT :
· Kholifah fil ard : menjalankan amanah
· Menghamba kepada Sang Kholiq
b. Hubungan manusia dengan manusia :
· Persaudaraan antar umat manusia
· Persaudaraan antar warga
c. Hubungan manusia dengan alam :
· Keseimbangan ekosistem
Daftar Pustaka :
· Kontroversi Aswaja, Imam Baihaqi (ed.) LKiS. Yogyakarta
· Imam Syafi’i. Nasr Hamid Abu Zaid, LKiS Yogyakarta
· NU, Vis a Vis Negara. Andree Faeilard. LKiS Yogyakarta
· NU. Martin van Bruinessen. LKiS Yogyakarata
· Kitab Kuning. Martin van Bruinessen. Mizan Bandung
· Nusa Jawa Silang Budaya (3 Jilid), Denys Lombard. Gramedia Jakarta
· Arus Balik. Pramoedya Ananta Toer. Hasta Mitra Jakarta
· History of The Arab. Philip K. Hitti. Serambi Jakarta
· Sejarah Sosial Umat Islam (2 Jilid). Ira M. Lapidus. Rajawali Pres Jakarta
· The Venture of Islam. Marshall G. Hogdson. Mizan Bandung
· Sejarah Indonesia Modern. Ricklefs. Serambi Jakarata
· NU, Kritissme dan pergeseran makna Aswaja. Tiara Wacana Yogyakarta
Islam dan NU di bawah tekanan problematika kontemporer. Diantama Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar