Selasa, 27 Desember 2011

Gerakan Mahasiswa Indonesia (Part II)

Lanjutan
Gerakan Mahasiswa Indonesia

  1. Sejarah Bangsa Indonesia Pasca Politik Etis (1901-1945)
Politik etis,meski disatu sisi tetap menjadi pola kebijakan baru Belanda dalam mengelola tanah jajahan, namun disisi lain membawa pengaryh yang positif terhadap dunia pergerakan di Bindia belanda. Karena degan adanya pendidikan kaum Pribumi pada ahirnya melahirkan golongan baru, yakni golongang priyai akademik yang pada muaranya menjadi ujung tombak perlawanan terhadap kekuasaan Belanda. Sebagaimana diungkapkan oleh Pramoedya Ananta Toer bahwa tonggak awal organisasi pribumi adalah berdirinya syarikat Priyai pada tahun 1902 yang digawangi oleh RM. Tirto Adhi Soerjo, sang pemula pers pribumi dengan Koran Medan Prijaji-nya (dalam tretalogi Pram, TAS dimunculka dalam sosok Mince). Selanjutnya menjamur menjadi organisasi pemuda lainya yang menendai dimulainya masa konsolidasi kekuatan bangsa dalam satu gerakan besar, seperti Boedi Oetomo, SDI/SI, PNI, IP, Indiche Vereeniging, Trikoro Dharmo/Jong Java, Jong Celebes, Perhimpunan Indonesia, dll.
Pada 30 April-2 Mei 1926 diadakan Kongres Pemuda I di Jakarta, yang dihadiri oleh banyak organisasi kedaerahan. Keinginan untuk membentuk organisasi oemuda Indonesia belum terwujud karena masih kentalnya nuansa kedaerahan. Dua tahun kemudia, pada 27-28 Oktober 1928 diadakan Kongres Pemuda II yang berhasil mencetuskan Sumpah Pemuda. Sebagai kelanjutan kongres Pemuda II, pada 24-28 Desember 1929 di Yogyakarta disetujui gagasan Fungsi organisasi pemuda, sehingga pada tanggal 31 Desenber 1930 berdirilah Indonesia Muda di Solo.
Pasang surut sebagai organiasi ini tentunya memeng sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah colonial Belanda yang merumah kacakan semua aktifis peregerakan nasional. Sehingga terbentuk perlawanan, maka tokoh-tokoh gerakan tersebut segera diciduk dan dibuang ke luar jawa atau keluar negeri. Karena keadaan yang demikian, maka gerakan perlawanan terhadap Balenda terbagi dalam dua strategi : kooperatif (Soetomo, dkk) dan non-kooperatif (Soekarno, dkk)
8 Maret 1942, pasa perjanjian Kalijati sercara resmi Hindi Belanda jatuh ketangan Jepang. Sikap penuda mengahadapi kedatangan Jepang terbagi dalam tiga golongan : Pertama, golongan pergerakan yang selama ini sudah amat lelah melakukan perlawanan terhadap Belanda kkarena selalu gagal. Jepang bagi mereka adalah angin baru untuk mendapatkan perubahan. Kedua,  golongan yang sevara kritis dan cermat mengamari model dan sifat penjajahan Jepang di Korea, Cina daratan dan Formosa. Tetapi meskipun kritis, mereka juga menganggap kedatangn jepang sebagai penyegaran situasi politik di Indonesia. Ketiga , golongan yang ebih sadar dan lebih mampu melihat pertentangan raksasa-raksasa dunia itu dengn lebih obyektif. Mereka berkeinginan untuk memenfaatka kekacauan dunia sebagai peluang untuk mendapatkan kemerdekaan. Disisi lain, golongan ini sekaligus sangat khawatir dengan kondisi Indonesia yang belum siap mengahadapi perang dunia (STA : Menang dan kalah. 1992. 21). Dalam perlawanan terhadap Jepang yang secara tegas melarang dan membubarkan berbagai organisasi untuk diikutsertakan dalam perang Asia Timur Raya. Gerakan nasional terbagi menjadi dua  strategi : Underground (Tan Malaka, dkk), kooperatif (Soekarno, dkk)
  1. Sejarah gerakan Mahasiswa (1945-1966)
Dengan dikumandangkanya proklamasi 17 Agustus 1945, bukan berarti Indonesia telah merdeka, erjuangan melawan rong-rongan dari pihak luar (sekutu : NICA, Agresi militer, dll) ataupun dari dalam (berbagai pemberontakan di daerah) menjadi harga mati demi tetap menjaga keutuhan bangsa. Dimasa semokrasi liberal (1945-1950), pergantian kabinat dan Perdana Menteri terus menerus terjadi sehingga situasi politik tidak stabil. Dekrit Presiden 5 April 1959 pun tidak benar-benar mampu menyelesaikan persoalan bangsa. Pergantian system menjadi Demokrasi Terpimpin justru kian menggoyahkan posisi Soekarno dan Orde Lamanya. Lalu, apa yang dilakuakan gerakan mahasiswa sitengah kemelut bangsa ini?.
Kemerdekaan Indonesia tahun 1945 bisa dikatan menandai pergantian generasi. Tokoh-tokoh organisasi pergerakan nasional sebagian besar telah duduk di lembaga pemerintahan, seperti Soekarno, Hatta, Amir Syarifudin, Syahrir dll. Ada pula tokoh yang tetap  berjuang tanpa melalui jalur pemerintahan, seperti Tan Malaka, namun jumlahnya sangat sedikit. Meskipun begitu, pola [ergerakan organisasi mahasiswa tetap berjalan walaupun pada era ini organisasi mahasiswa menjadi underbow partai-partai politik.
Pada 8 Maret 1947 terbentuklah wadah konfenderatif organisasi ekstra universitas bernama PPMI (Persatuan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia). Sayangnya dalam perkembangan selanjutnya PPMI ternyata terlalu didominasi oleh aktifis mahasiswa yang sekaligus menjadi aktifis partai politik. Bahkan PPMI manjadi ajang persaingan dan saling menjatuhkan antara sesame organisasi mahasiswa. Apalabi PPMI ternyata lebih memihak kepada Soekarno dengan gagasan NASAKOM dn PKI nya. Melihat kondisi ini, ahirnya pada tanggal 23 Oktober 1965 di Jakarta terbetuk KAMI (Keastuan Aksi Mahasiswa Indonesia). Meski pada ahirnya KAMI pun tidak bertahan lama kerana KAMI meerupkan organisasi yang bersifat reaktif (reaksi terhadap Orde Lama).
Tahun 1969 KAMI bubar setalah PPMI juga membubarkan diri pada konggres ke IV pada tanggal 29 Desember 965 di Jakarta. Selain PPMI dan KAMI juga terbentuk organisasi lain, terutama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang berdiri pada tanggal 17 April 1960. (Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar